Pengendalian terpadu
solusi memutus rantai hama tikus sawah pasang surut
Lahan pasang surut merupakan lahan marginal yang memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan pertanian khususnya tanaman padi pertanian. Sebagai lahan marginal, memanfaatkan lahan
rawa pasang surut untuk pertanian tidak semudah pada lahan pertanian lain yang selama
ini banyak dimanfaatkan.
Teknologi budidaya pada lahan pasang
surut mulai penyiapan lahan, pemberian bahan amelioran, penggunaan
varietas yang adaptif, pemupukan, pengaturan tanam, pemberantasan hama penyakit dan
pasca panen perlu teknologi khusus.
Pengendalian hama khususnya hama tikus sering kali merepotkan sehingga
perlu partisipasi aktif petani secara terpadu. Tikus sawah atau Rattus argentiventer menjadi
hama yang paling menakutkan bagi tanaman padi, dimana serangan hama tikus bisa
menyebabkan kerusakan dalam jumlah yang banyak bahkan bisa membuat petani
mengalami gagal panen.
Para
petani seringkali dibuat tak berdaya oleh hama tikus karena pengendalian hama
ini lebih sulit untuk dilakukan daripada pengendalian hama padi yang lainnya. Dikarenakan serangan hama tikus
ini terjadi pada hampir semua fase, mulai dari fase
persemaian sampai dengan panen. Untuk itu perlu monitoring dan peran serta seluruh
petani termasuk Gapoktan secara aktif terpadu.
Adapun Langkah langakah
pengendalian tikus secara terpadu dan dilakukan secara Bersama sama sebagai
berikut :
1.
Rodentisida
Pemberian racun tikus terutama
pada saat bera atau awal tanam. Karena pada awal bera ini stock makanan tikus sudah
terbatas. rodentisida, berbahan aktif broditakum,
bio madiolon dan
belerang. Penggunaan rodentisida harus
sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul
irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan. Tiap
petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang
tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah
beberapa lama, umpan beracun dipasang di sawah.
2.
Tanam dan panen serempak dan sanitasi yang baik
Penanaman
dilakukan serentak diusahakan selisih waktu tanam dan
panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan
padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus berkelanjutan.
Sedangkan luasan hamparan diusahakan 50 hektar secara bersamaan.
Apabila penanaman serempak, maka puncak populasi tikus
menjadi singkat, yaitu ketika masa generatif dan pakan tersedia, pada saat itu
tikus sudah menempati areal persawahan. Kepadatan populasi mulai turun pada 6-7
minggu setelah panen, tikus mulai meninggalkan sawah dan kembali ke tempat
persembunyiannya.
Selanjutnya
sanitasi diilakukan selama musim tanam
padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama
tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang,
parit dan saluran irigasi Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang
(tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat
bersarang.
3.
Fumigasi/pengemposan
Fumigasi adalah
pengasapan pada lubang aktif sarang tikus dimana
stadium perkembangan optimal tikus,
yaitu induk dan anaknya berada dalam liang. Aktivitas ini lebih dilakukan saat padi stadium awal keluar malai dan pemasakan padi. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah
difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih
dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
4. Trap Barrier System (TBS) dan Linier Trap Barrier System (LTBS)
TBS adalah perangkap
diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS
berukuran 20 x 20 m untuk
mengamankan
tanaman padi dari serangan tikus dengan luasan 15 ha.
LTBS berbentuk bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan
dengan ajir bambu setiap jarak 1 meter. Dilengkapi perangkap setiap
jarak 20 meter dengan pintu masuk tikus berselang-seling dipasang
di daerah perbatasan habitat migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah
tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3
malam.
5.
Pengendalian
tikus secara Mekanis
Pengendalian tikus secara mekanis dengan melalukan gropyokan
menangkap dan membunuh tikus secara bersama- sama. Pengendalian dengan penggenangan
sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan penembakan.
Sebelum
melakukan pengendalian perlu dilakukan monitoring
keberadaan dan aktivitas tikus sejak dini. Cara monitoring antara lain dengan melihat
lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan
tanaman. Serta perlu mewaspadai
terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba
dari daerah lain dalam jumlah yang besar.
6. Memanfaatan musuh alami atau hayati
Pengendalian hama tikus secara hayati yaitu
dengan
memelihara predator musuh tikus. Cara cukup efektif karena tidak
mengganggu fase produksi tanaman
padi. Adapaun musuh alami
tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing,
anjing dan ular tikus