Hama Tikus di Gudang Penyimpanan Pangan

Kalaupun ada satu hewan familiar yang banyak menimbulkan kesusahan di lingkungan baik perumahan, perkantoran, pergudangan, dan pertanian pastilah hewan tersebut adalah tikus. Secara keseluruhan di dunia terdapat kira-kira 300 spesies tikus dan mencit (Muridae, Rodentia). Di Indonesia ada beberapa spesies tikus yang mudah ditemui yakni,

  1. Rattus argentiventer/tikus sawah: memiliki ekor yang relatif pendek, berat sekitar 100-230 gram, panjang dari ujung mulut hingga ekor 270-370 mm, dapat ditemukan di daerah persawahan, perumahan, pegunungan, memiliki toleransi tinggi terhadap air.
  2. Rattus exulans/tikus semak: tikus padang, tikus huma, tikus angin, tikus agas: berukuran kecil, panjang ujung hidung hingga ekor 190-290 mm, warna badan atas kelabu, pandai memanjat, dapat ditemukan di semak-semak, taman, rumah, kurang menyukai daerah yang banyak air.
  3. Rattus novergicus /tikus riol: panjang sekitar 300-400 mm, umumnya ditemukan di kota-kota pelabuhan dan bersarang di dalam rumahdan di tepi saluran irigasi (riol).
  4. Bandicota indica/tikus wirok: berukuran besar, berat dapat mencapai 500 gram, panjang dapat mencapai 400 mm, warna badan coklat gelap atau hitam dan ditumbuhi bulu panjang dan lusuh, banyak ditemukan di pulau sumatera dan jawa di pemukiman dan pergudangan, biasanya mampu menggali tanah untuk sarangnya dan membuat terowongan di bawah lantai atau fondasi bangunan gudang, pemakan biji-bijian, akar tanaman, keong, kadal.
  5. e. Rattus rattus diardi/tikus rumah: panjang 220-370 mm, warna bulu badan atas dan bawah coklat tua kelabu, panjang ekor biasanya lebih panjang dari panjang badan (dari hidung ke ekor), hidup dan berkembang biak dalam rumah dan gudang, dapat dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia.
  6. Mus musculus/mencit rumah: berukuran kecil dengan berat badan tidak melebihi 20 gram, dapat dibedakan dari tikus rumah dengan melihat ukuran kaki yang sempit dan kecil, hidup di dalam rumah, kadang-kadang ditemukan dalam lemari, di di dapur serta perabotan, tidak ditemukan di langit-langit rumah.

Kalaupun ada satu hewan familiar yang banyak menimbulkan kesusahan di lingkungan baik perumahan, perkantoran, pergudangan, dan pertanian pastilah hewan tersebut adalah tikus. Secara keseluruhan di dunia terdapat kira-kira 300 spesies tikus dan mencit (Muridae, Rodentia). Di Indonesia ada beberapa spesies tikus yang mudah ditemui yakni,

  1. Rattus argentiventer/tikus sawah: memiliki ekor yang relatif pendek, berat sekitar 100-230 gram, panjang dari ujung mulut hingga ekor 270-370 mm, dapat ditemukan di daerah persawahan, perumahan, pegunungan, memiliki toleransi tinggi terhadap air.
  2. Rattus exulans/tikus semak: tikus padang, tikus huma, tikus angin, tikus agas: berukuran kecil, panjang ujung hidung hingga ekor 190-290 mm, warna badan atas kelabu, pandai memanjat, dapat ditemukan di semak-semak, taman, rumah, kurang menyukai daerah yang banyak air.
  3. Rattus novergicus /tikus riol: panjang sekitar 300-400 mm, umumnya ditemukan di kota-kota pelabuhan dan bersarang di dalam rumahdan di tepi saluran irigasi (riol).
  4. Bandicota indica/tikus wirok: berukuran besar, berat dapat mencapai 500 gram, panjang dapat mencapai 400 mm, warna badan coklat gelap atau hitam dan ditumbuhi bulu panjang dan lusuh, banyak ditemukan di pulau sumatera dan jawa di pemukiman dan pergudangan, biasanya mampu menggali tanah untuk sarangnya dan membuat terowongan di bawah lantai atau fondasi bangunan gudang, pemakan biji-bijian, akar tanaman, keong, kadal.
  5. e. Rattus rattus diardi/tikus rumah: panjang 220-370 mm, warna bulu badan atas dan bawah coklat tua kelabu, panjang ekor biasanya lebih panjang dari panjang badan (dari hidung ke ekor), hidup dan berkembang biak dalam rumah dan gudang, dapat dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia.
  6. Mus musculus/mencit rumah: berukuran kecil dengan berat badan tidak melebihi 20 gram, dapat dibedakan dari tikus rumah dengan melihat ukuran kaki yang sempit dan kecil, hidup di dalam rumah, kadang-kadang ditemukan dalam lemari, di di dapur serta perabotan, tidak ditemukan di langit-langit rumah.

 

Perkembangbiakan Tikus

                Jadi mengapa sepertinya tikus selalu ada, berjumlah banyak, tetap muncul berkeliaran meskipun telah dilakukan berbagai cara untuk membunuhnya: diracun, diperangkap, dilem dsb. Jawabannya adalah kemampuan spesies ini untuk berkembang biak. Beberapa fakta menarik terkait kemampuan tikus berkembang biak yang bisa dibilang sangat baik yakni mampu mencapai kematangan seksual dan siap untuk berkembang biak dari umur 1,5-5,0 bulan, masa kehamilan hanya membutuhkan waktu 21 hari dimana dihabiskan dengan berlindung dalam sarang yang telah dibuat sebelumnya selama masa perkawinan. Sarang ini pintunya akan terus ditutup hingga anak-anaknya telah mampu bergerak sendiri. Tikus yang dipelihara dalam laboratorium dapat mencapai umur 3-4 tahun sementara bila bebas di alam, karena berbagai faktor biasanya hanya mampu bertahan setahun, malahan umumnya kurang dari satu tahun.

Selama satu tahun seekor betina dapat melahirkan 4 kali. Rata-rata setiap kali melahirkan, jumlah anaknya selalu genap dan jumlah betina sama dengan jumlah jantan. Jumlah yang masih hidup umumnya hanya akan tersisa sekitar 6 ekor. Sehingga dalam setahun, tikus dapat melahirkan anak sebanyak 24 ekor dengan variasi 18-32 ekor. Jadi dalam keadaan normal sepasang tikus dapat berkembang biak menjadi 1270 ekor.

                Pada dasarnya makanan tikus adalah karbohidrat. Tikus yang kelaparan akan memakan semua benda yang dijumpai namun dalam keadaan cukup makanan tikus akan memilih makanan yang disukai yakni padi bunting, padi menguning, dan jagung muda. Tikus memiliki indera penglihatan yang lemah dan buta warna tetapi diimbangi dengan indera penciuman, peraba, dan pendengaran yang peka. Gigi seri tikus akan terus tumbuh sepanjang hidupnya sehingga untuk menjaganya tetap pada ukuran normal tikus akan menggigit atau mengerat semua benda yang ditemuinya. Terkait musim biasanya tikus akan lebih cepat berkembang biak pada musim penghujan dibandingkan dengan musim kemarau.

 

Pemeriksaan Visual dan Pengendalian Hama Tikus

                Selain pemeriksaan visual secara langsung dengan melihat ada tidaknya tikus di dalam lingkungan yang diamati, sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan lainnya yakni pemeriksaan jejak tikus, pemeriksaan kerusakan dan kotoran tikus, dan pemeriksaan sarang tikus. Pemeriksaan tikus secara umum sebaiknya dilakukan pada malam hari menggunakan senter. Pemeriksaan jejak tikus dilakukan pada tempat-tempat yang sering dilalui tikus. Jejak tikus berwarna kehitaman dan semakin banyak tikus yang melewatinya warnanya akan semakin pekat. Gambaran populasi tikus didapat dari jumlah kerusakan pada komoditas pangan dan jumlah kotoran tikus yang ditemukan sementara untuk menemukan lubang atau sarang tikus dapat dilakukan dengan menutup semua lubang yang kelihatan di suatu area tertentu dengan tanah. Lubang aktif yang digunakan sudah dipastikan jika setelah penutupan hari sebelumnya ditemukan lubang-lubang baru.

                Pengendalian hama tikus yang populer umumnya dilakukan secara fisik dan kimia namun belakangan juga terdapat metode pengendalian hama terpadu yang dinilai lebih aman dan lebih ramah lingkungan. Pengendalian secara fisik umumnya lebih kepada tindakan pencegahan yakni berupa sanitasi. Sanitasi diantaranya meliputi kegiatan menyapu, membuang bahan bekas, pembersihan tanaman di sekitar pabrik/ gudang pangan. Pengendalian selanjutnya yakni penerapan bangunan anti tikus atau rodent profing, yakni bangunan dimana dicegahnya tikus untuk masuk melalui celah-celah pintu, jendela, talang, dll. Penghalang yang digunakan bisa berupa lembaran seng atau anyaman kawat halus. Tameng logam diterapkan pada semua pipa dan kabel.

                Pada prakteknya pengendalian kimia lebih sering digunakan. Cairan kimia yang digunakan biasanya disebut sebagai rodentisida. Rodentisida terdiri atas racun yang reaksinya cepat (rodentisida akut), dan racun yang reaksinya lambat (rodentisida kronis/koagulan). Rodentisida akut mematikan tikus secara cepat namun bila aplikasi tidak mempan maka tikus akan mendapat gejala jera racun dan tidak mau makan umpan lagi. Metode kimia ini dirasa relatif kurang efektif. Rodentisida antikoagulan bila termakan tikus akan menghambat proses pembekuan darah dan tikus akan mati akibat hemoragi internal. Racun diaplikasikan pada dosis rendah dan beberapa kali (multiple dosage). Untuk tikus yang berada di luar ruangan, berikut sarangnya, dapat dilakukan fumigasi. Fumigasi harus dilakukan secara hati-hati. Fumigan yang banyak digunakan adalah hidrogen cyanida, metil bromida, dan fosfin.

                Pengendalian hama terpadu adalah strategi pengendalian hama yang menggunakan berbagai cara baik fisik, kimiawi, dan biologi serta atas dasar pendekatan lingkungan (ekologi). Prinsip pengendalian hama secara terpadu sebenarnya adalah efisiensi dan lebih banyak kepada tindakan preventif. Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan di antaranya kebersihan di dalam dan di luar gudang penyimpanan, pengrusakan sarang tikus, dan proteksi bangunan. Selain itu, pengetahuan tentang daur hidup tikus dan kebiasaan perilakunya juga akan menjadi pengetahuan yang berguna.

Administrator
  10 Feb 2020
Chat via WhatsApp